Mengarus Bersama Hujan di Serayu
Sabtu, di awal November. Selepas subuh, bergegas meninggalkan rumah. Bersama kawan-kawan menuju Banjarnegara. Tepatnya di Kecamatan Sigaluh. Sungai Serayu, nama sungai yang tidak asing lagi, mengingatkan sebuah instansi di Kementerian Pekerjaan Umum yang menangani Sungai Serayu, Progo dan Opak. Lepas dari itu, ketenaran rafting di alur Serayu sempat saya baca lewat sebuah media massa. Bertahun silam. Tahunnya, saya lupa.
Kami berangkat menggunakan bis lewat jalur tengah. Magelang – Purworejo – Wonosobo – Banjarnegara. Melewati barisan bukit yang nyaris tanpa putus. Jalanan berkelok dengan hiasan tebing dan jurang. Cukup menguras ‘ketahahan’ bagi mereka yang terbiasa mabuk perjalanan. Sekira perjalanan 3-4 jam.
Sampai di lokasi, ternyata semua barang harus ditinggalkan di Bis, karena kendaraan tak bisa masuk ke lokasi. Kecuali motor atau mobil pribadi. Bis hanya di parkir di pinggir jalan. Sehingga sangat merepotkan bila harus berganti pakaian. Tak cukup sampai di situ, HP, Kamera dan segala perlengkapan yang tidak anti air diminta untuk ditanggalkan. Terbayang, betapa sedihnya mereka yang biasa berselfi ria. Kamera Canon SX160IS saya pun akhirnya masuk tas. Tak berkutik. Untunglah beberapa kawan membawa mobil dan kamera mereka bisa disimpan di mobil. Sedang bis rombongan akan menanti di akhir alur rafting.
Dari parkiran bis, berjalan kaki sekira 100 meter menuju star poin, disambut dengan minuman dan makanan khas Yogya (alias bawa sendiri). Sebagian berfoto ria. Sebagian memilih menikmati arus sungai dan melihat langit yang mulai dipenuhi awan. Sambil menunggu perahu karet yang sedang dalam perjalanan karena baru saja digunakan rombongan sebelumnya. Kami diajak untuk melakukan pemanasan dan diberi arahan untuk melakukan pertolongan diri dan menjaga keselamatan kawan lainnya.
Jam hampir menunjuk pukul 12.00, tapi matahari keburu tertutup mendung. Benar saja, sesaat setelah turun ke sungai, hujan mulai mengguyur Serayu. Perjalanan sekitar 2 jam dengan menempuh jarak sekira 16 Km. Hari itu kami benar-benar bermain air, bukan saja air sungai yang memercik, tapi juga hasil tebasan kawan dari perahu lainnya, ditambah hujan yang terus mengguyur sepanjang perjalanan. Sampai-sampai tim rescue berjaga di beberapa ‘tempuran’ pertemuan di antara dua sungai, karena derasnya arus yang menuju Serayu.
Setengah perjalanan, hujan masih bertahan dengan lebatnya. Kami pun menikmati hangatnya mendoan dan manisnya kelapa muda dalam guyuran hujan. Ada yang berteduh di bibir tebin, ada pula yang tetap bertahan dalam hujan. Tak lama kami beristirahat, perjalanan pun lekas dilanjutkan. Kali ini jeramnya tidak begitu menggila seperti rute pertama. Hanya saja, beberapa tempuran sungai memaksa kami untuk lebih berhati-hati agar tidak terbalik.
Sekira pukul dua, perjalanan berakhir. Namun hujan belum juga reda. Setelah mandi dan shalat dhuhur. Kami pun menikmati makan siang, dalam gerimis.
0 Response to "Mengarus Bersama Hujan di Serayu"
Post a Comment